GNTV INDONESIA, KETAPANG || Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digembar-gemborkan sebagai solusi meningkatkan kualitas gizi anak sekolah, kini berubah jadi mimpi buruk. Selasa pagi (23/9/2025), belasan murid SDN 12 Mulia Kerta, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, terkapar dengan gejala keracunan setelah menyantap jatah MBG.
Awalnya 12 murid dilaporkan muntah, pusing, dan mual. Namun jumlah korban terus bertambah hingga siang hari, membuat Puskesmas kewalahan menangani siswa yang datang silih berganti.
Sumber lapangan menyebutkan makanan berasal dari dapur MBG Pawan 5 yang berlokasi di belakang rumah warga. Dugaan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah dapur penyedia MBG benar-benar layak? Di mana pengawasan pemerintah selama ini?
Program yang seharusnya menjadi penyelamat generasi justru menjadi ancaman nyata. Anak-anak yang seharusnya pulang dengan semangat belajar malah pulang dengan wajah pucat, perut mual, dan tubuh lemah.
Kejadian ini adalah tamparan keras bagi pemerintah daerah. Apakah MBG hanya proyek seremonial penuh angka dan laporan, sementara mutu dan keselamatan anak diabaikan? Jika satu sekolah saja sudah memakan korban belasan siswa, bagaimana dengan ratusan sekolah lain penerima MBG?
Tragedi di SDN 12 Mulia Kerta jelas menunjukkan adanya kelalaian fatal. Audit total terhadap seluruh dapur MBG adalah keharusan, bukan pilihan. Anak-anak bukan obyek proyek, bukan pula korban kelalaian birokrasi.
MBG seharusnya menyehatkan, bukan mencelakakan. Jika standar dan pengawasan tidak diperbaiki segera, program ini tak lebih dari mesin keracunan massal yang mengorbankan generasi bangsa.
Jurnalis / Publis: Bima