GNTV INDONESIA, KETAPANG || Sebuah skandal agraria tengah menggelegar dari jantung Desa Sei Jawi, Ketapang. Di balik janji-janji manis peningkatan kesejahteraan petani, mencuat dugaan penyelewengan dana miliaran rupiah dari program Optimalisasi Pengolahan Lahan (OPLA), distribusi pupuk subsidi, hingga alat mesin pertanian (alsintan) yang tak kunjung sampai ke tangan petani.
Isa Ansari, aktivis dan pendamping masyarakat tani, tampil di garis depan mengungkap tabir penyimpangan ini. Ia bersama timnya secara aktif mengawal kasus tersebut yang kini mulai ditelusuri oleh penyidik Polres Ketapang.
"Kami mendampingi petani dan mengawal laporan terkait Gapoktan Sinar Tani, terutama dalam hal dugaan penyalahgunaan dana OPLA, distribusi pupuk, dan hilangnya alsintan," ujar Isa. Ia juga menyebut telah mengajukan permintaan kepada Kepala Desa Sei Jawi untuk memediasi pertemuan terbuka yang melibatkan Gapoktan, Poktan, penyuluh pertanian (PPL), dan masyarakat tani.
Namun, upaya itu kandas. Para pihak yang ditengarai memiliki tanggung jawab dalam polemik ini justru absen dari undangan mediasi. Gapoktan Sinar Tani yang diketuai Abdul Kholik tak hadir. Begitu pula Poktan Bina Baru yang juga diketuai oleh Kholik.
Sebaliknya, yang hadir dalam pertemuan itu hanyalah Poktan Sri Mandiri yang diketuai Abdul Aziz, dan Poktan Harapan Makmur yang diketuai Nasrullah. Ketidakhadiran pihak-pihak kunci ini memantik kecurigaan.
"Ini sangat mencurigakan. Ketidakhadiran mereka terkesan disengaja, seolah ingin lari dari tanggung jawab. Padahal petani sudah lama menjerit—dana OPLA tak jelas, pupuk tak pernah diterima, dan alsintan yang dijanjikan lenyap tanpa jejak," ujar Isa dengan nada geram.
Kondisi di lapangan jauh dari harapan. Ladang-ladang tetap kering kerontang, petani bekerja tanpa bantuan alat, dan janji-janji tinggal kenangan. Sementara itu, program yang seharusnya menopang ketahanan pangan justru diduga menjadi ladang penyimpangan.
Kini, satu-satunya harapan terletak pada proses hukum yang tengah berjalan di Polres Ketapang. Apakah ini sekadar kelalaian? Atau justru praktik korupsi yang terstruktur, masif, dan sistematis?
Rakyat menunggu. Petani tak boleh lagi menjadi korban dusta atas nama pembangunan.
Jurnalis / Publis : Tim